Profile

My photo
.:muslim.love Allah.love Muhammad saw.love Ibrahim as.indonesian.29 years old.a wife.a mom.love travelling and drawing.wear hijab since 2003:.

Labels

24.8.14

badai episode 2



Hari terakhir saat kami mudik, perasaan saya sudah tidak enak. Pagi harinya, ketika melihat Ibrahim BAB, teksturnya lembek dan sedikit cair. Ah betul, pasti karena beberapa hari ini dia makan masakan yang tidak saya masak sendiri. Eh, saya tidak menyalahkan si penjual. Tetapi memang tidak ada yang bisa menjamin kebersihannya dan lain-lain kan? Saya yang salah. Dan mungkin Ibrahim tidak sedang dalam kondisi terbaik.

Sebenarnya, sampai saat ini, saya jarang membeli makanan diluar untuk Ibrahim. Pernah, tetapi itupun pilih-pilih.

Sejak awal bulan Agustus, Ibrahim BAB dengan tekstur yang lembek dan terkadang cair. Dua hingga tiga kali dalam sehari. Saya mencoba memberinya minum air rebusan daun delima. Teksturnya menjadi padat, tetapi intensitasnya masih sama. Akhirnya, saya membawanya ke dokter Elisa, tepat pada pertengahan Agustus.

Ibrahim...ada apa? Belum jadwal imunisasi kan?
BAB-nya lembek dok, terkadang cair. Sehari dua hingga tiga kali.
Ada lendirnya?
Tidak.
Darah?
Tidak.
Kamu habis mudik tidak Ibrahim?
Iya Dok.
Dokter Elisa hanya tersenyum. Lalu berkata, "Kamu itu jarang sakit Im, sangat jarang kan? Tetapi anak-anak biasanya memang sakit setelah mudik. Ayo berbaring disana, lepas bajunya."

Diare. Dan Ibrahim bertahan selama dua minggu. Berat badannya masih stabil. Dulu , ketika masih bayi, Ibrahim menerima vaksin anti diare, jadi mungkin sedikit banyak membantunya tubuhnya bertahan.

Saya obati gejalanya saja dulu ya. Lima hari lagi, jika kondisi masih sama, datang kemari. Saya terpaksa memberinya antibiotik.

Dua hari setelah Ibrahim minum resep dokter Elisa, semua kembali normal.

Saya Yuna. Ibu rumah tangga biasa-biasa saja. 
Jangan memberikan makanan untuk si kecil jika Anda curiga pada si penjual. 
Itu artinya sudah tidak ada saling percaya. Untuk apa dilanjutkan jika sudah tak ada rasa percaya.
***



Badai belum berlalu, jangan kipas-kipas dulu...

Selang empat hari saya membawa Ibrahim ke dokter, masalah muncul lagi. Ibrahim menjadi mudah menangis, berteriak kesakitan saat makan dan minum, dan air liurnya menjadi banyak sekali. 

Tumbuh gigi? Ah bisa jadi. Atau sariawan ya? Tetapi apa mungkin, asupan buahnya terjaga. Atau stres? Balita ini, dia memikirkan apa? Umminya yang garang inikah?

Hari ketiga, saya menyerah. Saya ke dokter lagi. Jumat sore, dokter Elisa tidak praktek, hanya ada dokter Fita.

Anak Ibu sariawan.
Sariawan dok?
Iya, dilangit-langit mulutnya. Terluka sepertinya. 
Ah iya, mungkin saat dia memasukkan benda-benda ke mulutnya. Baru saja sembuh, baru saja nafsu makannya kembali, sekarang sariawan, kata saya dalam hati.
Kami kembali duduk.
Ibu rajin sekali.
Rajin apanya dok?
Ini KMS-nya. Sampai ditempel stiker kecil-kecil seperti ini.
Oh, supaya tidak ada jadwal imunisasi yang terlewatkan Dokter. Saya berhitung kapan waktunya, lalu semua saya beri stiker bulan dan tahunnya. Nanti kalau sudah, tinggal saya lepas stikernya.
Hebat. Ini juga perjuangan kan Bu, bisa sampai penuh seperti ini imunisasinya?
Iya Dok, Bismillah, demi anak.
Soal stiker penanda jadwal imunisasi itu, juga berkaitan dengan anggaran. Saya jadi tahu, di bulan apa dan berapa yang dibutuhkan. Jadi memang tepat saya mengambil jurusan Akuntansi. Saya orang yang banyak berhitung penuh perhitungan dan suka curiga :D

Sore ini, kami pasien pertama. Dibelakang belum ada yang menunggu. Jadi kami punya banyak waktu untuk berbincang. Tentang ASI. Tentang pengalaman beliau yang sering ditanya susu formula terbaik. Tentang kaum antivaksin. Tentang mengapa beberapa bulan lalu ada program pemerintah imunisasi Campak. Awalnya saya mengira ini program biasa-biasa saja. Saya juga tahu dari tetangga yang kedua anak balitanya mendapatkan suntikan itu. Ternyata, ini tindak lanjut dari pemerintah setempat karena ada Kejadian Luar Biasa penyakit campak di Banguntapan.



Sebelah kiri, adalah resep dokter untuk sariawan. Sedangkan sebelah kanan, untuk mengobati gejala diarenya. Yang botol kecil itu sudah hampir habis, masih tersisa si botol besar yang memang harus diminum selama sepuluh hari meskipun diare sudah berhenti.

Saya Yuna. Ibu rumah tangga yang masih biasa-biasa saja, rajin dan garang.
***

No comments:

Post a Comment