Ibu jendral = ibu saya = kumpeni (ingat zaman penjajahan Belanda kan?)
ngeyel = kualat
sukuuuuuurrrrr.... !!!
Sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan atau mengagetkan ketika Bu Jendral melakukan suatu tindakan yang berlebihan. Tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu, ini di anu, si anu harus begitu dan seterusnya.
Semua menjadi sangat terasa saat sekarang ini. Semenjak kehamilan pertama saya ini. Semoga tulisan saya kali ini tidak digolongkan dalam kategori menyebarkan aib keluarga.
Seperti biasa, kegiatan rutin saya sejak bertahun-tahun lalu, sabtu sore saya mengikuti kajian di daerah sekitaran UGM sana. Kalau dihitung-hitung memakai meteran, lebih kurang dua puluh kilometer dari rumah. Sebelum hamil, kalau mau pergi ya pergi saja. Sekaraaaaanggg...harus ada pengawalan dari adik perempuan saya satu-satunya. Padahal hari Sabtu itu Ijul ada kuliah. Seharusnya selesai kuliah dia bisa langsung berangkat ke tempat kajian. Tetapi semenjak keluarnya peraturan dari Bu Jendral, selesai kuliah dengan jam yang tanggung, Ijul harus kembali ke rumah, dan kami berangkat bersama. Dan bodohnya, saya yang di depan dan Ijul sebagai penumpang #tepuk jidat.
Dulu, saya susah sekali ditemui dirumah. Senin sampai Jumat di kantor, Sabtu terkadang juga ke kantor atau ada pertemuan di desa-desa dampingan, begitupun hari Minggu. Dirumah hanya untuk tidur, mandi dan makan saja. Sekarang, mau datang kerumah jam berapapun, saya ada.
Dan yang terakhir (SEBENARNYA MASIH BANYAK LAGI, TETAPI SAYA TAKUT KUALAT), adalah apapun yang saya makan dan minum, dibawah pengawasan intensif dari Bu Jendral. Sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, karena saya adalah pemakan segala, dari dulu sampai sekarang. Tetapi tidak untuk air rebusan kacang hijau. Rasanya berbeda jauh dengan bubur kacang hijau dekat pertigaan Lab Pramitha (fly over yang dulu Bioskop Mataram ke selatan, ada pertigaan lampu merah-kuning-hijau belok kiri, jalan pelan-pelan lihat sebelah kanan, bannernya di sponsori oleh perusahaan mi instant terkemuka di Indonesia, Bubur Kacang Hijau "Murni"). Baik, kembali ke air rebusan kacang hijau. Bu Jendral percaya kandungan gizinya tinggi, bermanfaat untuk memperlancar asi dan sepertinya untuk kelebatan rambut si bayi juga (DULU SEWAKTU BU JENDRAL HAMIL ADIK SAYA, BELIAU RAJIN MINUM REBUSAN AIR KACANG HIJAU, DAN HASILNYA, RAMBUT IJUL LEBAT SEPERTI SAPU IJUK). Beberapa hari yang lalu, ketika saya menolak minum air rebusan kacang hijau itu, Bu Jendral murka. Dari topik utama air rebusan kacang hijau, sampai akhirnya ke topik kekesalan Bu Jendral karena saya tidak pernah tertarik mengikuti lowongan CPNS.
Jadilah aktivitas saya sekarang, merendam kacang hijau dalam mangkuk berisi air matang pada malam hari, merebusnya selama beberapa menit pada pagi harinya, dan meminum air rebusan kacang hijau tersebut pada pagi, siang, siang lagi, sore dan malam hari.
Jadi, tidak perlu bertanya lagi seperti ini, "...hai Yun, apa kabar? Sibuk apa sekarang??..." :D
#sabar
No comments:
Post a Comment