Masih tentang bapak bisu itu...
Satu hal kini aku tahu tentang dirinya. Kakinya yang cacat itu. Kakinya yang terkadang membuat dia meringis kesakitan saat harus melepas besi penyangga saat akan shalat. Kakinya yang diseret saat ingin meminjami aku payung seusai shalat ashar.
Dulu bapak bisu itu seorang tukang parkir. Sebuah mobil menabraknya. Hingga kakinya seperti sekarang ini. Cacat. Seandainya hal itu terjadi padaku. Masihkah aku mau mengingat-Nya? Masih mampukah aku tersenyum? Masih mampukah aku melangkahkan kaki kerumah-Nya? Masih maukah telinga ini mendengarkan adzan?
Hari ini. Selepas shalat dzuhur...
Aku tidak melihat si bapak bisu duduk di anak tangga masjid. Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadanya.
“Bababa...baba..bababa....” Jari-jari tanganku akan membentuk angka tujuh, kemudian aku akan menirukan gerakan shalat, takbiratul ikhram. Artinya, “Bapak kemana saja? Selama tujuh hari ini aku tidak melihat bapak shalat di masjid...”
Hanya itu. Hanya itu yang ingin aku tanyakan kepadanya. Jika esok aku bertemu si bapak bisu, jari tanganku akan membentuk angka delapan. Jika lebih dari sepuluh hari aku tidak melihatnya, jari tanganku sudah tidak cukup lagi.
Kawan, sudah kurasakan hangat dipipiku...
No comments:
Post a Comment