Profile

My photo
.:muslim.love Allah.love Muhammad saw.love Ibrahim as.indonesian.29 years old.a wife.a mom.love travelling and drawing.wear hijab since 2003:.

Labels

27.10.10

aku merasa Engkau lebih menyayangi dia

Apa yang ingin Rabb tunjukkan padaku?

Kemarin sore, ba’da ashar...
Seperti biasa, aku shalat  ashar di masjid dekat kantor. Tidak berjamaah. Aku melewatkannya. Saat menuju masjid, gerimis turun. Tidak terlalu lebat. Tidak perlu membawa payung pikirku. Didepan pintu masjid, di dekat  anak tangga. Bapak bisu itu duduk seperti sore – sore kemarin. 

“Bababa...ba..ba...huuuhhh..??”, jari tengah dan telunjuk tangan kanannya berdiri, sementara jari lainnya dilipat. Angka dua. Kemudian dia letakkan diatas punggung tangan kirinya. Setelah itu dia menirukan gerakan shalat, takbiratul ikhram. Tangan kanannya menunjuk ke dalam masjid. 

Kawan, aku beritahu artinya padamu. Dia bertanya, kemana saja aku selama dua hari kemarin. Selama dua hari kemarin aku memang tidak datang ke masjid dan shalat disana. Aku ada pekerjaan di desa Gunung Kidul. 

Seusai shalat, aku membalikkan badanku menghadap pintu keluar. Aku melihat punggung bapak bisu itu. Cukup lama... 

Gerimis yang tadi turun berganti dengan hujan yang cukup deras. Aku berniat menerobos hujan. Tidak apalah basah sedikit. Aku bisa berjalan menyusuri teras – teras rumah penduduk. 

Aku baru akan melangkahkan kaki menuruni anak tangga. “Bababa... baba!!!”, terdengar suara  bapak bisu itu. Dia melarangku pergi. Bapak bisu menyeret kakinya menuju lemari untuk menyimpan alat shalat. Tangannya sibuk mencari – cari sesuatu. Aku berdiri mematung dibelakangnya. Tidak terlalu lama hingga dia menemukan apa yang dia cari. Sebuah payung berwarna biru.

“Baa....”, diserahkannya payung itu padaku. “Bababa...ba???”, jari – jari tangannya membentuk angka enam. “Bawalah payung ini. Hujan deras. Nanti jam enam, bawa payung ini, kamu shalat magrib disini kan??”

Aku menerima payung itu dengan senyum dan ucapan terimakasih. Bapak bisu tersenyum dan mengangguk mantap. Ku buka payung itu dan menuruni anak tangga. Aku meninggalkan bapak bisu itu. Dia duduk di anak tangga. Masih sama seperti sore saat kali pertama aku melihatnya dulu.

Dadaku sesak. Bisa kurasakan hangat di pipiku...

Rabb, aku merasa Engkau lebih menyayanginya. 

Dengan izin-Mu, kakinya cacat. Rasa lelah akan mengurung dirinya. Membuatnya bertahan, menghabiskan sisa waktunya di masjid. Dirumah-Mu. Enggan melangkahkan kaki untuk berbuat dosa.

Dengan izin-Mu, dia bisu. Tak ada kalimat menggoda atau merayu keluar dari mulutnya. Tidak ada kata – kata kasar yang keluar dari mulutnya. Tidak ada saudara yang tersakiti hatinya.

Dan dengan izin-Mu, melihat bekas tatto itu, mungkin dulu dia pernah meninggalkan-Mu, tapi tidak Engkau biarkan dia mendapati ajalnya dalam keadaan yang sia – sia.

Rabb, telah Engkau cabut sebagian kenikmatan dalam kehidupan bapak bisu itu. Tapi aku melihat dengan jelas, sangat jelas...amat sangat jelas...bapak bisu itu jauh lebih baik dariku.
Belum lama aku mengenalnya. Tapi aku takut kehilangan dia. Aku takut, jika esok, Engkau menyabut nyawaku atau bapak bisu itu lebih dulu. Aku belum banyak belajar darinya.

No comments:

Post a Comment