Profile

My photo
.:muslim.love Allah.love Muhammad saw.love Ibrahim as.indonesian.29 years old.a wife.a mom.love travelling and drawing.wear hijab since 2003:.

Labels

5.5.15

drama menyapih bagian dua

Satu bulan sudah saya berhenti menyusui dan ibrahim berhenti menyusu. 

Mau mukul Ummi... Mukul Ummi...

Begitu kata yang dia ucapkan setiap akan tidur. Meski akhirnya tertidur dengan sendirinya, setelah memukuli saya. Saya mencoba memahami apa yang dilakukan anak ini. Bisa jadi dia bingung. Bisa jadi dia marah pada dirinya sendiri. Dia tidak ingin menyakiti orang lain. Tetapi dia harus lelah agar segera tidur pulas. 

Dan selama itu pula, saya terus meyakinkan diri sendiri, eh menghibur diri sendiri, bahwa susu sapi adalah untuk sapi. Sapi sendiri, setelah disapih induknya, juga tidak minum susu lagi. Aih...pandai betul beropini. Tutup telinga rapat-rapat ketika orang lain mengatakan,
Coba doyan susu sapi, pasti bisa gemuk...
Kenapa enggak mau susu sapi? Kurus nanti...
Wah, ibunya hemat dong ya...

Hemat? Justru saya harus berusaha lebih. Memilih dan menyusun menu agar Ibrahim bisa tumbuh dengan baik. Dan itu tidaklah lebih murah dibandingkan harga susu. Saya harus meluangkan lebih banyak waktu untuk menyiapkan menu makannya. 

Jadi, sampai sekarang ini, saya menghargai keputusan Ibrahim untuk tidak tertarik minum susu sapi. Dia belum bisa membaca. ABC saja tidak paham. Apalagi artikel tentang susu sapi. Tapi dia sudah membuat keputusan yang luar biasa. 

Masih jelas di ingatan saya, ketika melahirkan Ibrahim dulu. Rumah sakit tempat saya melahirkan kurang pro ASI. Setelah melahirkan, ASI saya masih sangat sedikit. Lalu saya menyampaikan itu pada bidan yang bertugas saat itu. Bukannya menyemangati agar terus menyusui, malah iklan susu formula. 

Dan saya, menjadi korban iklannya.

Tetapi Ibrahim,
Ibu, ini anaknya tidak mau minum susu formula yang ada di dot. Dari tadi utuh. Sudah saya coba berikan, tetapi Ibrahim tidak mau.
Setiap saya datang ke ruang laktasi saat jam menyusui, dotnya selalu masih penuh. Namun, dia semangat belajar menyusu dengan mata yang belum terbuka sempurna.

Ibrahim sudah besar.

Ayok mandi.
Mandi ya Mi? Mandi, yayu makan, yayu mimik ummi...
Loh, kan sudah enggak mimik ummi?
Aaaaa...mimik ummiiiiii...
Begitu dialog rutin bulan lalu. Tetapi lebih kurang seminggu ini, dialognya menjadi seperti ini,
Ibrahim masih mimik ummi?
Enggak... Bahim sudah besal. Sudah enggak mimik ummi.
Kalau sudah besar lalu mau apa?
Sekoyah.
Sekolah dimana?
Bin Jabbang mi...
Muadz Bin Jabbal maksudnya. Batita, playgroup dan taman kanak islam terpadu.

Jadi, lupakan susu sapi dan pikirkan biaya masuknya ini.
Jadi, lupakan susu sapi dan mari kita naik kereta api. 


Catatan:
Terakhir kali kami naik kereta api adalah tiga tahun yang lalu. Bulan Maret 2012. Dalam waktu kurang dari satu bulan, saya naik kereta Yogyakarta-Jakarta dan Jakarta-Yogyakarta lebih dari lima kali. Dengan janin yang usianya masih sangat muda, kurang dari 4 minggu. Ditambah lagi, saya tidak tahu jika sedang hamil. 
Dan kemarin, kami bernostalgia. Meski hanya dengan kereta jarak pendek, cukup bagi kami untuk mengenang tiga tahun yang lalu bersama hujan.

No comments:

Post a Comment