pulang kampung

Bukan pulang kampung, lebih tepatnya belajar move on. Karena sejak punya anak, saya paling malas pergi jauh dari rumah. 

Kami berangkat tepat pada malam takbiran. Ini murni keputusan saya, mengingat, saya tidak mau puasa pamungkas terganggu dengan perut mual dan masih harus mengurusi Ibrahim sampai malam tiba. Pikir saya, kalau berangkat malam, sampai dirumah Bapak Ibu tinggal cuci tangan dan kaki, gosok gigi dan tidur. Ternyata...sampai disana Ibrahim terbangun dan mata kecilnya kethap-kethip cukup lama. Jadilah saya harus bercerita bla...bla...bla... Mungkin dia paham akan apa yang saya katakan, hingga akhirnya tidur pulas.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama ke Temanggung, dulu ketika usia 2 bulan, Ibrahim menginap disini beberapa hari. Lalu setelah itu, ada beberapa kali kesini, tetapi tidak bermalam. Sekarang jelas berbeda, Ibrahim sudah besar. Barang bawaan juga semakin banyak, sangat banyak.

Ramadhan kali ini, saya dapat beribadah puasa secara penuh, Alhamdulillah. Cuaca saat bulan Ramadhan kemarin juga berbeda menurut saya, sejuk. Benar-benar bulan penuh berkah dan ujian. Terutama ujian menahan hawa nafsu untuk tidak mengomel saat Ibrahim melakukan hal-hal ajaib, makannya lama dan menolak saat saya berikan minuman selain ASI. Kata Tuhan, Yuna, mohon maaf, kamu tidak lulus dalam ujian kesabaran kali ini. Hiks...

Sehari sebelum berangkat, saya membuat daftar barang yang harus dibawa. Jangan sampai bawa motor blender, tapi pisau blendernya tertinggal. Nah, setelah semua barang bawaan siap, saya sortir lagi, terutama baju saya. Yang penting daster tetap dibawa :D

Memperbanyak persediaan sabar. Apalagi yang anaknya anak mama dan suka jual mahal seperti Ibrahim. Apalagi yang sedang PMS seperti saya kemarin. Apalagi sedang dirumah Bapak Ibu mertua. Apalagi anaknya baru satu :)

Sekarang, tenggorokan saya sakit dan Ibrahim agak bermasalah dengan saluran cernanya, sudah beberapa hari ini pup-nya lembek. Mungkin karena kami terlalu berfoya-foya. Semoga lekas sehat, segera, aamiin.