Sampai dengan saat ini, Surat Izin Mengemudi tidak pernah sederhana untuk saya. Fiuh...
Kartu Tanda Penduduk saya yang pertama, dikeluarkan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kemudian untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi yang juga untuk pertama kalinya, saya ikut SIM Kolektif yang diadakan di sekolah tempat Abah mengajar saat itu. SIM pertama, dibuat tanggal 11 Juni 2003 berlaku sampai dengan 8 Juni 2008.
Ketika SIM tersebut habis masa berlakunya, saya masih berada di Meulaboh, Aceh Barat. Status penduduk saya hanya penduduk sementara disana, KTP saat itu masih berstatus penduduk Yogyakarta. Jadi selama lebih kurang 6 bulan sekembalinya saya dari Aceh, saya berkendara dengan bekal SIM yang sudah tidak berlaku lagi selama di Yogyakarta. Entah, berapa kali kena tilang.
Bulan Maret 2009, saya mengajukan permohonan pembuatan SIM baru. SIM tersebut dikeluarkan di Yogyakarta. Karena saya tidak mencabut berkas SIM yang lama di Kalimantan, saya terhitung membuat SIM baru. Harus melewati berbagai ujian dan cobaan :D
SIM kedua saya, berlaku sampai dengan 8 Juni 2014. Dan itu artinya, hanya dalam hitungan hari, SIM tersebut habis masa berlakunya. Hanya tersisa dua hari kerja, saya belum melakukan apapun.
Masalahnya adalah, beberapa bulan sebelum Ibrahim lahir, saya sudah mencabut berkas kependudukan di Yogyakarta untuk dipindahkan ke Temanggung, Jawa Tengah, sekitar bulan April 2012. Jadi, domisili saya sesuai KTP adalah Temanggung. Jadi, perpanjangan atau pembuatan SIM harus mengikuti domisili KTP. Jadi ribet :D
Untuk perpanjangan SIM, saya harus mencabut berkas SIM lama saya. Tentunya proses ini lebih mudah dibandingkan membuat SIM baru yang harus mengulang kembali ujian tertulis dan praktek.
Aahhh...mengapa hubungan saya dengan SIM selalu rumit ya...
Yogyakarta-Temanggung tidak jauh memang. Tapi, jauh dekat, tetap mabuk darat. Dan masalahnya, bukan cuma saya yang mabuk darat, tapi Ibrahim juga. Sementara saya mengurus SIM, saya harus menyuapi Ibrahim, belum lagi kalau jam tidur harus menyusu, dan maunya juga hanya dengan saya. Jadi, sekalipun ada begitu banyak orang disekitar saya, mereka tidak banyak membantu. Membayangkannya saja, sudah membuat pinggang saya pegal :D
Bersambung...
No comments:
Post a Comment