Hari ini, saya kembali mengikuti kajian di Kotagede. Sengaja berangkat lebih awal dari biasanya, mau bayar pajak kendaraan terlebih dahulu. Jatuh temponya masih satu bulan lagi, tetapi, mengingat saya pelupa dan bulan depan sudah masuk bulan Ramadhan, saya bayar saja sekarang.
Sudah biasa, setiap mengendarai sepeda motor, Ibrahim saya gendong dibelakang. Dan selalu ditegur oleh pengendara sepeda motor lainnya, apalagi saat berhenti lampu merah.
Mbak, anaknya tidur...
Hai adek, lucunya...
Mbak, anaknya lucu banget...
Mbak, apa tidak apa-apa digendong seperti itu?
Mbak...bla..bla...bla...
Dan ketika saya duduk untuk antri pembayaran pajak siang ini, seorang lelaki yang usianya tidak muda lagi, menegur kami.
Anaknya tidur mbak...
Iya Pak, memang jamnya tidur.
Gendongannya nyaman sekali ya...
Saya hanya tersenyum. Tangan saya merapikan isi tas. Sesekali melongok ke antrian yang tidak bergerak sejak saya datang. Bagaimana mau bergerak, petugasnya hanya satu orang.
Kenapa tidak mas-nya yang bayar pajak Mbak?
Suami saya...bla...bla...bla...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Hati-hati mbak, banyak setannya. Tidak yang disana, tidak yang disini.
Pertama,
Dari dulu, saya sudah biasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Saya senang mengerjakan semuanya sendiri. Tidak ada yang lebih baik dari saya. Norak betul ya... Ya anggap seperti itu juga tidak apa-apa :)
Kedua,
Soal setan. Saya sudah sadar-sesadar-sadarnya sejak menikah, bahkan sebelum menikah, setan banyak, ada dimana-mana. Apalagi setelah saya tidak bekerja lagi, rasanya populasi setan disekitar saya bertambah banyak.
Perempuan, wangi, punya karir bagus, setiap saat bertemu dengan suami saya, setiap saat bisa saja bertanya, sudah makan belum? Beruntung suami jalan kaki pergi-pulang kantor, jadi bisa meminimalisir, motorku macet, tolong antar aku pulang ya? Lalu sekarang, waspada terhadap mbak-mbak penjual sate keliling. Mereka juga perempuan dengan karir yang bagus dan wangi...wangi sate :)
Sedangkan saya? Apalah saya ini... Sudahlah, yang jelas bukan setan.
Dua hari kemudian...
Kamis, 12 Juni 2014
Sebelum berangkat tadi, saya hanya sarapan sedikit saja. Jadi, seusai kajian, saya mampir di warung bakso yang juga menjual mie ayam.
Baru saja saya duduk,
Ada orangnya tidak mbak? Duduk disini boleh?
Boleh boleh Mbak, silahkan. Kami hanya berdua. Monggo...
Satu perempuan muda dan satu perempuan yang sudah tidak muda lagi duduk berhadapan dengan kami. Saya seperti sedang diwawancarai.
Rumahnya mana Mbak?
Ini tadi darimana?
Kajian dimana Mbak?
Asli Jogja?
Dulu kuliah dimana?
Anaknya baru satu ini? (Pertanyaan ini apa maksudnya? Apakah wajah saya tidak cocok sebagai ibu muda beranak satu? Pantasnya beranak berapa? Hiks... )
Suaminya kerja dimana?
Dan pertanyaan selanjutnya, sudah bisa ditebak.
Kenapa tidak ikut suami Mbak?
Bla...bla...bla....
................................
.......................................
Kenapa selalu itu pertanyaannya? Tuhan...hamba bosan :D
Sebenarnya, setelah suami dipindah tugas ke tempat yang baru, saya sudah berkeinginan untuk pindah kesana. Tapi, memang ada beberapa hal yang harus saya selesaikan. Salah satunya dan yang paling penting adalah imunisasi Ibrahim. Melihat jadwalnya, setelah 18 bulan, barulah jadwal imunisasinya tidak sepadat dulu lagi.
![]() |
Ibrahim, 18 bulan. Masih tersisa beberapa jadwal imunisasi. |
Doakan kami, doakan saja. Agar diberikan kemudahan dalam mewujudkan niat yang In Shaa Allah baik ini. Aamiin...
No comments:
Post a Comment