Profile

My photo
.:muslim.love Allah.love Muhammad saw.love Ibrahim as.indonesian.29 years old.a wife.a mom.love travelling and drawing.wear hijab since 2003:.

Labels

20.10.13

kalkun perawan

Langit sore beberapa tahun silam...
Mbak Yuna, ada yang cari.
Siapa Bah?
Abah juga ndak kenal. Laki-laki.
Segera setelah memakai jilbab, saya keluar menemui orang yang dimaksud Abah. Bertanya-tanya juga dalam hati, siapa. Saya bukan gadis populer dikampung, apalagi dikantor. Sementara saya bertanya-tanya dalam hati siapa yang mencari saya, Bu Jendral mengomel dibelakang.
Abah itu bagaimana??? Kalau ada yang mau ketemu anak kita itu mbok ya ditanya dulu siapa, rumahnya mana, keperluannya apa! Lha wong punya anak perawan kok gitu!

Dan betul saja, saya sama sekali tidak mengenal lelaki yang duduk di kursi sebelah dan berbicara panjang lebar. Mungkin lelaki ini adalah lelaki yang populer dikampung ini. Sementara saya, satu-satunya perempuan dikampung yang tidak mengetahui kepopulerannya. Sampai lelaki itu pulang, saya tidak pernah tahu siapa namanya, dimana rumahnya, siapa ibu bapaknya. Yang saya tahu, saya memegang sebuah botol barwarna coklat tua berisi cairan yang diberi nama Parem Kocok. Tadi lelaki itu memberikannya untuk saya sembari berkata,
Oiya, ini buat dek Yuna. Minyak parem kocok. Dioleskan dibadan biar berkurang capeknya.


Sepertinya, saya harus segera mandi dan tidur. Tanpa mengoleskan minyak ajaib itu tentunya. Diluar kamar mandi, Bu Jendral dibuat kesal oleh botol yang tidak bersalah itu,
Naaaahhh kan, ini apa coba??? Kamu bilang ndak kenal, tapi datang bawakan minyak -minyakan. Dibilang obat capek, ngerti darimana kalau kamu capek??
Aku ndak tahu buu...
Jangan dipakai ini minyaknya. Kalau ada mantranya bagaimana? Kamu ndak tahu kan kalau misal ini dikasih macam-macam?? Dikasih mantra biar kamu suka sama dia. Bagaimana coba??
Ya sudaaaahhh, dioleskan saja dibadan Ibuk kalau begituuuu...
Anak jaman sekarang kalau dikasih tahu malah begitu!!
Sudah sudah, sini biar Abah buang.



***
Langit sore hari ini...
Saya, Ibrahim dan sepeda roda tiganya dihadang ayam kalkun dewasa berwarna putih di gang sebelah ketika akan membeli ikan lele. Setiap saya mengusirnya, ayam kalkun itu justru mendekat. Didepan sana, ada anak-anak kecil yang sedang bermain di tepi jalan, lelaki dewasa merokok di teras rumah dan perempuan muda yang duduk didepan pintu. 

Lelaki itu segera bangkit dan membuang rokoknya.
Husshhh...husssshhhh...pergi sana hussshhhhh.... Sudah pergi kalkunnya Dek. Dek Yuna mau kemana? 

Plaaaaaakkkk...!!! 
Kalkun itu menyadarkan saya, bahwa saya bukanlah perawan beberapa tahun silam.
Husshh..huuuusssshhh... Itu ndak apa-apa kok mbak. Sudah lewat saja. Memang suka begitu ayamnya. Perempuan muda yang tadi duduk didepan pintu memastikan ayam kalkun itu pergi menjauh. Terus berdiri disitu, sampai saya dan Ibrahim berlalu.



***

No comments:

Post a Comment