09.30wib
Perjalanan menuju sekolah jahit.
“Astagfirullah…kenapa berhenti mendadak?” batinku.
Aku tekan rem sekuat mungkin dan Momo berhasil berhenti. Nyaris, pikirku.
Tiba-tiba ada yang mendorongku dengan kuat dari arah belakang. Aku lepas kendali.
Terjatuh dan terseret bersama Momo. Kejadian begitu cepat. Yang ada dipikiranku
saat itu hanyalah Baby Z. Berulang kali aku mohon ampun pada Allah.
Aku masih hidup.
Kepala dan pundakku terbentur trotoar. Bersyukur
helm tidak terlepas dari kepala. Tidak ada bagian tubuh yang berdarah.
Lelaki didepanku yang menghentikan motornya secara
mendadak sudah pergi setelah berbasa-basi sebentar. Sementara aku yang terduduk
lemas di trotoar ditemani lelaki paruh baya yang menabrakku dari belakang.
Entah berapa kali bapak itu meminta maaf dan menanyakan keadaanku. Beliau merasa
sangat bersalah, apalagi setelah mengetahui kondisiku yang sedang hamil.
Tubuh bagian kiri terasa nyeri. Aku melanjutkan
perjalanan. Menuju rumah Bu Marno. Sesampainya disana, aku mengirim pesan
singkat ke Hubby.
Assalamualaikum.
Adek habis jatuh dari motor tadi. Gara-gara perginya ndak pamitan sama Ayang…
Incoming call – My Hubby
“Kamu sekarang dimana?”
“Di tempat Bu Marno. Tapi aku ndak pa-pa kok.”
“Kamu pulang sekarang. Minta izin Bu Marno.”
“Iya, sebentar lagi. Ibu sedang ada tamu.”
11.05wib
“Permisi Bu…”
“Monggo Pak, silahkan…”
“Mohon maaf, saya mau jemput anak saya, Yuna.”
Aku berdiri dan berjalan keluar. “Abah..???”
Pasti Hubby yang menelpon Abah. Padahal sudah dibilang tidak apa-apa.
“Oaaalllaaahhh…kamu habis jatuh to? Kok ndak
bilang sama Ibu? Kejadiannya gimana? Yang hati-hati. Itu anak pertamamu, cucu
pertama juga. Sudah pulang dulu. Sini Ibu bantu berkemas. Dari tadi diam saja,
tidak cerita sama Ibu. Kalau cerita kan Ibu carikan kendaraan biar antar kamu
pulang. Motornya ditinggal saja dulu. Bapak naik apa Pak?” Bu Marno terus
berkata-kata tanpa bisa dihentikan.
“Saya bawa mobil Bu. Motornya Yuna kalau boleh
saya titipkan disini dulu. Nanti biar saya ambil. Bisa Bu?”
“Iya iya…ditinggal saja.”
11.45wib
Bu Jendral sudah menunggu didepan pintu.
“Piye to? Apane yang sakit? (-Bagaimana sih?
Apanya yang sakit?)” tanya beliau.
“Enggak ada kok. Aku ndak pa-pa.”
“Belum tentu. Kita kan ndak tau pastinya. Jangan
bilang ndak pa-pa. Tadi mau aku ajak ke dokter sekalian ndak mau. Katanya tunggu
sore, tunggu dokter Anisah,” sambung Abah.
“Yo uwis. Sana gek masuk. Mandi, bajunya ganti
semua. (-Ya sudah. Sana masuk. Mandi, ganti baju semuanya.)” kata Bu Jendral.
Ada beberapa luka lebam. Terutama bagian tubuh
sebelah kiri. Leher juga terasa sakit, pasti karena terbentur trotoar tadi.
Masih bisa kurasakan gerakan Baby Z. Semoga dia tidak apa-apa.
18.45wib
“Assalamualaikum Dok.”
“Wa’alaikumsalam. Sini-sini Nak, bagaimana sehat
kan?”
“Engg…tadi habis jatuh dari motor Dok.”
“Astagfirullah. Lalu bagaimana? Ada pendarahan di
bagian vagina? Janin masih bergerak-gerak tidak?”
“Tidak ada pendarahan Dok. Janin juga bergerak
seperti biasanya.”
“Ayo berbaring disana dulu Sayang. Kita lihat
sama-sama.”
“Baik Dok.”
“Nah, kepalanya sudah dibawah. Lihat jantungnya.
Tulang belakangnya bagus sekali. Itu kakinya. Dan yang itu, air ketubannya. Dan
sepertinya dia perempuan. Beratnya sudah ada sekitar 1,6kilogram ini. Nanti
setelah ini berat badannya akan naik dengan cepat. Kita dengarkan detak
jantungnya sekarang.”
Dokter Anisah mengganti alatnya. Dan kami bisa
mendengarkan detak jantung Baby Z.
“Sempurna. Detak jantungnya sempurna. Yakinlah dia
tidak apa-apa Sayang. Dilindungi oleh ibunya.”
Hari ini aku membuat semua orang khawatir. Abah,
Bu Jendral juga Bapak dan Ibu Mertua. Bapak dan Ibu sampai di Yogyakarta malam
hari setelah mendapat kabar dari hubby. Hubby juga sedang perjalanan menuju
Yogyakarta beberapa saat yang lalu. Bapak yang memberitahuku. Ketika aku
hubungi ke telepon selularnya, dia tidak mau mengakui sedang menuju Yogyakarta.
Masih mengenakan seragam kerja dan sepatu.
Wajahnya yang selalu dipenuhi senyum dan tawa selelah apapun dia. Lusuh. Tetapi
itu semua tidak mengurangi niatku untuk berkata-kata…
“Ayyyaaaaaaaangggggggg…kan sudah aku bilang ndak
apa-apaaaaaaa…!!! Cutimu kan tinggal dua hari. Rencananya kan untuk acara
Aqiqah Baby Z nanti. Masak kamu ndak pulang waktu acara nanti? Heh??!!!.”
“Aqiqahnya kan hari Minggu,” balasnya sambil
tertawa kecil.
“Siapa yang tauuuu Baby Z lahirnya kapaaaaannnn???
Sekarang terus bagaimana coba??.”
“Kamu tenang saja. Nanti aku pinjam cuti tahun
depan.”
“Heh??!!! Mana bisa?”
“Bisa-bisa. Tenang saja.”
Protes dimulut, tetapi dihati…sangat bahagia. Tuhan
diatas sana yang tahu.
Tuhan juga sedang mencoba memberitahuku. Selama beberapa
hari ini, pikiranku dipenuhi rasa khawatir tentang bagaimana nanti. Bagaimana Baby
Z, bagaimana karirku, bagaimana kehidupan kami didunia ini.
Ampuni hamba Yaa Rabb, ampuni kebodohan hamba.
Sedikit sekali hamba bersyukur. Rezeki-Mu, nikmat dari-Mu, tidak hanya meliputi
materi. Burung kecil yang lemah diluar sanapun tidak pernah ragu atas rezeki
dari-Mu. Tidak ada keraguan sedikitpun pada-Mu.
PS:
Oiya, Surat Izin Mengemudi milikku dicabut oleh Hubby. Entah sampai berapa lama :D
Berat badan yang sudah naik sepuluh kilo. Emmm...dan yang paling menyenangkan, Baby Z semakin sering mengajak bermain-main. Ketika malam, ketika aku shalat, ketika aku membaca Al Quran dan juga ketika lapar :D
Dan juga hati-hati jika mengendarai sepeda motor. Berdoa, jangan memakai helm abal-abal, pastikan bunyi klik pada helm, kaos tangan yang tebal, jaket, kaos kaki dan sepatu. Yang penting berusaha, apapun yang terjadi nanti, itu kehendak Allah :)
Oiya, Surat Izin Mengemudi milikku dicabut oleh Hubby. Entah sampai berapa lama :D
Berat badan yang sudah naik sepuluh kilo. Emmm...dan yang paling menyenangkan, Baby Z semakin sering mengajak bermain-main. Ketika malam, ketika aku shalat, ketika aku membaca Al Quran dan juga ketika lapar :D
Dan juga hati-hati jika mengendarai sepeda motor. Berdoa, jangan memakai helm abal-abal, pastikan bunyi klik pada helm, kaos tangan yang tebal, jaket, kaos kaki dan sepatu. Yang penting berusaha, apapun yang terjadi nanti, itu kehendak Allah :)
No comments:
Post a Comment