Saya sangat terlambat ketika memutuskan mengenakan hijab.
Keputusan ini baru saya ambil ketika memasuki usia delapan belas tahun. Padahal saya mendapat “tanda dewasa” ketika kelas dua sekolah menengah pertama, umur empat belas tahun.
Keputusan ini baru saya ambil ketika memasuki usia delapan belas tahun. Padahal saya mendapat “tanda dewasa” ketika kelas dua sekolah menengah pertama, umur empat belas tahun.
Keputusan mengenakan hijab pertama kali adalah karena takut akan kekejaman kakak tingkat kepada adik-adik barunya saat masuk kuliah.
Takut apabila nanti rambut ini harus dihiasi dengan pita warna-warni. Masih Alhamdulillah kalau pita, kalau tali rafia…oh menyedihkan.
Takut apabila nanti rambut ini harus dihiasi dengan pita warna-warni. Masih Alhamdulillah kalau pita, kalau tali rafia…oh menyedihkan.
Ospek ternyata tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya.
Kami tetap berpakaian rapi, mengenakan kemeja putih, bawahan hitam dan jas almamater berwarna biru tua. Tidak ada tas dari karung beras, tidak ada rambut dikepang tiga, tidak ada berlari-lari dibawah terik matahari,
tidak ada hal-hal yang tidak menyenangkan apalagi mengerikan. Kami hanya dituntut untuk lebih banyak menggunakan kecerdasan otak.
Kami tetap berpakaian rapi, mengenakan kemeja putih, bawahan hitam dan jas almamater berwarna biru tua. Tidak ada tas dari karung beras, tidak ada rambut dikepang tiga, tidak ada berlari-lari dibawah terik matahari,
tidak ada hal-hal yang tidak menyenangkan apalagi mengerikan. Kami hanya dituntut untuk lebih banyak menggunakan kecerdasan otak.
Menurut Syahdani, yang pada saat itu ternyata menjabat sebagai Seksi Perlengkapan, ospek semacam ini baru dimulai pada angkatan saya. Jadi kami sangat beruntung.
Syahdani dan rekan-rekannya yang sibuk kesana kemari mengurus segala sesuatu keperluan kami.
Dan sepertinya memang betul-betul sibuk, saya tidak pernah sekalipun melihat wajahnya pada saat ospek. Bahkan selama kuliah selesai dua tahun kemudian, sama sekali tidak mengenalnya.
Syahdani dan rekan-rekannya yang sibuk kesana kemari mengurus segala sesuatu keperluan kami.
Dan sepertinya memang betul-betul sibuk, saya tidak pernah sekalipun melihat wajahnya pada saat ospek. Bahkan selama kuliah selesai dua tahun kemudian, sama sekali tidak mengenalnya.
Ospek berlangsung selama satu minggu.
Seusai ospek, sebetulnya keadaan sudah aman apabila memutuskan melepaskan jilbab. Tetapi saya tidak melakukannya. Ada sesuatu yang menahan saya.
Seusai ospek, sebetulnya keadaan sudah aman apabila memutuskan melepaskan jilbab. Tetapi saya tidak melakukannya. Ada sesuatu yang menahan saya.
Satu tahun pertama mengenakan hijab, masih bongkar pasang.
Hanya mengenakan hijab pada saat kuliah atau jalan dengan teman-teman saja.
Selebihnya, saat duduk-duduk di depan rumah, ke rumah keluarga atau teman disekitar lingkungan rumah, ketempat-tempat yang radiusnya tidak terlalu jauh dari rumah, saya masih mengenakan pakaian jahiliyah.
Hanya mengenakan hijab pada saat kuliah atau jalan dengan teman-teman saja.
Selebihnya, saat duduk-duduk di depan rumah, ke rumah keluarga atau teman disekitar lingkungan rumah, ketempat-tempat yang radiusnya tidak terlalu jauh dari rumah, saya masih mengenakan pakaian jahiliyah.
Memasuki tahun kedua saya berhijab dan juga tahun kedua kuliah,
saya mulai sedikit berbenah.
Tidak lagi keluar rumah tanpa hijab, meskipun terkadang masih mencuri-curi kesempatan.
Saat itu sudah lebih sering mengenakan bawahan rok.
saya mulai sedikit berbenah.
Tidak lagi keluar rumah tanpa hijab, meskipun terkadang masih mencuri-curi kesempatan.
Saat itu sudah lebih sering mengenakan bawahan rok.
Tiga tahun berhijab. Saya bertemu dengan Syahdani Hary Nugroho.
Pertama kali bertemu dengannya saya mengenakan jilbab berwarna kuning gading dan kemeja berwarna senada. Saya padukan dengan bawahan rok berwarna hijau lumut gelap.
Entah kenapa, saya merasa cantik saat mengenakan pakaian itu.
Dan mungkin itu juga yang membuat Syahdani jatuh cinta.
Hahahaha…nanti saya akan tanyakan kepadanya.
Pertama kali bertemu dengannya saya mengenakan jilbab berwarna kuning gading dan kemeja berwarna senada. Saya padukan dengan bawahan rok berwarna hijau lumut gelap.
Entah kenapa, saya merasa cantik saat mengenakan pakaian itu.
Dan mungkin itu juga yang membuat Syahdani jatuh cinta.
Hahahaha…nanti saya akan tanyakan kepadanya.
Tahun keempat, saya mulai mengenakan gamis.
Hingga kemudian saya mendapatkan pekerjaan untuk penempatan di kota Meulaboh, Aceh.
Tidak sedikit orang disana mengira saya perempuan Aceh karena pakaian saya.
Padahal tidak semua perempuan Aceh mengenakan gamis dalam kesehariannya.
Hingga kemudian saya mendapatkan pekerjaan untuk penempatan di kota Meulaboh, Aceh.
Tidak sedikit orang disana mengira saya perempuan Aceh karena pakaian saya.
Padahal tidak semua perempuan Aceh mengenakan gamis dalam kesehariannya.
Tahun kelima dan keenam.
Saya melanjutkan S1 dan menjadi orang yang sangat mudah dikenali di kampus. Karena hanya saya yang konsisten mengenakan baju panjang.
Rekan-rekan yang lain mengenakan gamis sesekali saja atau hanya ketika memang sedang menjadi trend.
Dan karena pakaian saya itu, banyak teman-teman yang kemudian mengambil kesimpulan bahwa saya sudah menikah.
Sampai saat ini saya masih belum menemukan korelasi status dengan baju gamis.
Saya belum menikah saat itu, tetapi sudah memiliki kekasih, itu yang betul.
Saya melanjutkan S1 dan menjadi orang yang sangat mudah dikenali di kampus. Karena hanya saya yang konsisten mengenakan baju panjang.
Rekan-rekan yang lain mengenakan gamis sesekali saja atau hanya ketika memang sedang menjadi trend.
Dan karena pakaian saya itu, banyak teman-teman yang kemudian mengambil kesimpulan bahwa saya sudah menikah.
Sampai saat ini saya masih belum menemukan korelasi status dengan baju gamis.
Saya belum menikah saat itu, tetapi sudah memiliki kekasih, itu yang betul.
Ditahun ketujuh saya berhijab, semakin bertambah rasa syukur saya kepada Allah,
selalu diberikan kemudahan oleh Allah. Hijab merupakan kewajiban bagi seorang perempuan islam.
Siap atau belum siap. Suka atau belum suka.
Pernah dulu ketika interview tahap terakhir sebuah perusahaan berskala internasional, saya ditanya bersediakah melepas jilbab, dan jawabannya adalah tidak.
Karena yang paling penting bagi saya adalah berusaha dengan sungguh-sungguh, berdoa, pasrah dan kemudian ikhlas. Hijab bukan halangan.
selalu diberikan kemudahan oleh Allah. Hijab merupakan kewajiban bagi seorang perempuan islam.
Siap atau belum siap. Suka atau belum suka.
Pernah dulu ketika interview tahap terakhir sebuah perusahaan berskala internasional, saya ditanya bersediakah melepas jilbab, dan jawabannya adalah tidak.
Karena yang paling penting bagi saya adalah berusaha dengan sungguh-sungguh, berdoa, pasrah dan kemudian ikhlas. Hijab bukan halangan.
Menjalani tahun kedelapan saya berhijab.
Mendapatkan tambahan nama belakang Nugroho, membuat saya berusaha lebih konsisten dalam berhijab.
Seorang lelaki yang sudah menikah bertanggungjawab penuh atas istri, anak perempuan dan ibunya.
Seorang istri adalah pakaian untuk suami, begitupun seorang suami, adalah pakaian bagi istrinya.
Mendapatkan tambahan nama belakang Nugroho, membuat saya berusaha lebih konsisten dalam berhijab.
Seorang lelaki yang sudah menikah bertanggungjawab penuh atas istri, anak perempuan dan ibunya.
Seorang istri adalah pakaian untuk suami, begitupun seorang suami, adalah pakaian bagi istrinya.
Rabb, aku berhijab karena aku percaya bahwa Engkau ada
dan perjanjian agung yang telah diikrarkan Syahdani.
dan perjanjian agung yang telah diikrarkan Syahdani.
Alhamdulillah... Semoga tetap istikomah.
ReplyDelete____________________________________
Harga Smartphone | HP Terbaru