Jumat, 8 Oktober 2011, pukul 07.30,
Ruangan kantor,
Tinggal menyentuh Enter, dan email ini akan terkirim. Sudah lama rasanya aku tidak menulis surat lamaran. Terakhir membuat surat lamaran tahun 2007 lalu. Sebuah email dengan satu attachment, curriculum vitae. Seorang desainer muda membutuhkan seorang accountant untuk butiknya di Bintaro. Dibaris terakhir emailku, aku tambahkan sebuah kalimat, saat ini saya masih berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Enter…
Senin, 10 Oktober 2011, pukul 08.15,
Ruangan kantor,
New message…
Terimakasih atas ketertarikan anda untuk bergabung bersama kami.
Kami melihat dari curriculum vitae mbak yuna sangat bagus. Apakah fatma bersedia bekerja di sebuah butik kecil di Bintaro? Maaf, berapa salary mbak yuna saat ini?
Kenapa aku tertarik bekerja di sebuah butik kecil? Tidak peduli apapun itu, yang jelas aku ingin mendapatkan pekerjaan yang tidak egois, bermanfaat bagi orang lain. Dan alasan utama adalah karena aku nantinya akan hijrah ke Jakarta mengikuti suami.
Pemilik butik itu, seorang perempuan muslim dari Sumatera yang menjadi perancang busana muslim. Usianya masih sangat muda dan sudah menikah. Cantik. Luar biasa. Mungkin di butik kecilnya itu aku bisa belajar banyak hal besar. Dakwah.
Aku menuliskan balasannya dan send…
Selasa, 11 Oktober 2011, pukul 07.56,
Ruangan kantor,
Lagi, new message…
Terimakasih mbak yuna. Kami akan mendiskusikan secara internal. Tunggu kabar dari kami selanjutnya. Kami akan keep file mbak yuna di tempat kami. Kami berencana membuka butik di Yogyakarta.
Glek…!!! Aku tertawa sendiri. Ini lucu.
Kamis, 27 Oktober 2011, pukul 11.57,
Benteng Vredeburg,
Aku duduk di sebuah kursi kayu. Mengambil nafas panjang dan mengucap syukur kepada Tuhan. Semua berjalan lancar. Satu per satu peserta menjabat tanganku dan mengucapkan terimakasih.
Halo mbak yuna.
Iya Pak.
Betul dari Bethesda ya?
Betul Pak, saya di community development-nya.
Tadi sempat bertanya-tanya, ternyata ada yang muslim dan berjilbab.
Tentu ada pak.
Mari makan siang bersama kami mbak,
Mohon maaf Pak, saya sedang berpuasa hari ini.
Oh maaf…
Jumat, 28 Oktober 2011, pukul 12.35,
Incoming call…
Halo mbak Yuna, sedang sibuk tidak?
Tidak Pak, saya baru saja kembali dari membeli makan siang.
Begini, saya baru saja bertemu dengan teman-teman. Menurut mereka, materi yang kamu sampaikan di seminar kemarin cukup mengena. Mereka tertarik untuk mengundangmu menjadi narasumber di tingkat Kabupaten. Nomor teleponmu sudah tersebar di 35 titik wilayah kerja kami di Yogyakarta.
Terimakasih pak.
Kamu keberatan tidak kalau kami undang lagi? Siap-siap menjadi cewek panggilan ya…
Memang sudah pekerjaan saya Pak. Kami kan PSK. Pekerja Sosial Kemanusiaan.
Hahahaha..begitu ya? Oya, ada berapa orang muslim di kantormu?
Bisa dikatakan minoritas Pak. Tetapi kami tidak mempermasalahkan itu. Kalaupun ada masalah, bukan saya yang membuat masalah.
Hahahaha… betul. Saya sendiri seorang Kristen.
Kami disini bekerja Pak,”melayani”, urusan keyakinan, itu urusanmu dengan Tuhan.
Baiklah, itu saja dulu. Selesaikan dulu makannya, supaya gemuk. Kamu kurus. Bekerja di LSM rumah sakit kok kurus?
Hahahaha… yang penting sehat Pak.
Oke, itu dulu. Terimakasih ya.
Sama-sama Pak.
Tuuut…tuuut…tuuut…
Kurus? Berat badanku turun sebanyak tiga kilo memang. Sekarang di angka empat puluh dua kilogram dengan tinggi hampir seratus enam puluh lima sentimeter.
Sabtu, 29 Oktober 2011, pukul 13.00,
Ruang tamu,
Aku menyalakan televisi. Sebuah film Mandarin berjudul Du Lala. Diperankan oleh Karen Mox dan Stanley Huang.
Aku akan menceritakannya secara singkat.
Du Lala (Karen Mox) keluar dari perusahaan lama tempat ia bekerja karena ditaksir oleh pimpinannya (yang sudah tua). Berulang kali mengirimkan surat lamaran dan berulang kali kecewa. Hingga akhirnya diterima bekerja di sebuah perusahaan berskala internasional. David (Stanley Huang) adalah Direktur bagian Penjualan di perusahaan itu. Mereka saling jatuh cinta. Masing-masing memiliki karir yang bagus. Hubungan asmara sesama karyawan mengandung konsekuensi salah satu harus mengundurkan diri dari perusahaan. Lala tidak ingin melepaskan pekerjaan. Hingga akhirnya David yang pergi dan menjadi guide di Pattaya, Thailand. Seorang direktur penjualan yang melepaskan pekerjaannya dan menjadi tourist guide demi cinta.
Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk berbicara denganku.
Pondok Pesantren,
Lima belas menit lagi adzan Magrib. Ustad meminta waktu kami sebentar. Beliau ingin kami menjadi saksi keIslaman seseorang.
Seorang perempuan muda bernama Pungki akan mengucapkan dua kalimat Syahadat senja ini. Dihadapan kami semua.
Tertatih perempuan itu mengikuti Ustad mengucapkan syahadat.
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Tubuhku bergetar hebat. Air mata mengalir deras. Kalimat itu Maha Dahsyat.
Semoga kelak, Allah mempertemukan kami semua di hari akhir, dalam keadaan yang lebih baik.
Aku menjabat tangan dan memeluk perempuan berkulit putih itu.
Selamat ya Ukh, semoga diberikan kekuatan dan ketetapan dalam Islam.
Terimakasih mbak…
Sudah larut malam.
Aku duduk di dekat jendela. Membiarkan angin malam mencumbui wajahku.
Apa yang sudah aku dapatkan sampai dengan hari ini. Untuk apa aku melakukan semua ini. Karir ini aku bangun lima tahun lalu.
Aku menyalakan telepon selular.
New message…
Assalamualaikum, bgmn kabar? Sudah hamil belum?
Pipiku terasa hangat. Apa sebenarnya yang diinginkan orang-orang ini dari kehidupanku? Keputusanku untuk menikah ternyata bukan sesuatu yang sederhana. Atau belum menjadi sederhana karena aku belum menyederhanakannya. Tinggal di kota yang sama, tidak perlu membuat surat lamaran dan mengirimkan curriculum vitae, tidak perlu memikirkan pertanyaan kapan kalian akan tinggal serumah, apakah itu yang disebut sederhana?
Kawan, kenapa engkau menjadi gelisah? Tenang saja. Tidak ada yang salah dengan sebuah pernikahan.
Cukup dengan ini,
Tuhan...aku akan membiarkanMu bekerja dengan caraMu sendiri.
Tuhan...aku akan membiarkanMu bekerja dengan caraMu sendiri.
Iam married now, alhamdulillah and horrraaayyyy... for that :D
Aku. Long Distance Relationship. Belum hamil. Dan mungkin akan menjadi guide seperti David (Tapi Tuhan… bahasa Inggrisku buruk sekali T.T Jadi tolong hapus “tourist guide” dari daftar my next job :D )
No comments:
Post a Comment