Ada kegundahan besar dalam diri ‘Uqail ibn Abi Thalib, sang pengantin, ketika mendengar kawan-kawannya berdoa, “Bir rafaa’i wal baniin, semoga bahagia dan banyak anak!” Mudah-mudahan sama dengan kegundahan kita, ketika mendengar doa, “Selamat menempuh hidup baru, semoga kekal dunia akhirat!” Atau doa, “Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah..” Lalu apa yang salah?
Kisah ‘Uqail ibn Abi Thalib, karena kegundahannya berujung pada sebuah sunnah yang sangat indah. Sebuah pelajaran, sebuah doa.
“Janganlah kalian katakan demikian, karena sesungguhnya Rasulullah telah melarangnya”, kata ‘Uqail. “Ucapkanlah, Baarakallaahu laka, wa baarakallaahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir.. Semoga Allah karuniakan barakah kepadamu, dan semoga Ia limpahkan barakah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan”
Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.
Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang-orang yang beriman. Barakah baginya dalam syukur dan sabar. Ia menapaki jalan-jalan Sulaiman, sekaligus juga menyusuri pematang-pematang Ayyub, ‘alaihimassalaam.
Karena ada konsep yang dinamakan barakah, kita tidak diperkenankan mengukur badan orang lain dengan baju kita sendiri. Pada pemandangan yang tak tertembus oleh penilaian subjektif kita itu, daripada berkomentar yang sifatnya “iri tanda tak mampu”, akan jauh lebih baik kita memuji Allah atas kebesaranNya.
Bagaimana kita meraih barakah itu? Bagaimana agar dalam kondisi apapun, kapanpun, dimanapun, nafas-nafas kita adalah hembusan keberkahan dan detik-detik kita dihitung sebagai kebaikan, sebagai pahala.
Kunci barakah itu ada pada keimanan dan ketaqwaan. Keimanan yang meyakinkan kita untuk terus beramal shalih menurut apa yang telah dituntunkan Allah dalam setiap aspek kehidupan, semuanya. Dan ketaqwaan, yang mengisi hari-hari kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah.
Baarakallaahu laka, bahagianya merayakan cinta / Salim A. Fillah
No comments:
Post a Comment