Profile

My photo
.:muslim.love Allah.love Muhammad saw.love Ibrahim as.indonesian.29 years old.a wife.a mom.love travelling and drawing.wear hijab since 2003:.

Labels

14.1.12

14 : 01 : 12

01.22 wib
Belum saatnya bangun.

01.37 wib
Baru lima belas menit yang lalu aku terbangun.

01.56 wib
Baiklah, aku bangun. Bismilahirrahmanirrahim…

Pagi ini aku harus menempuh perjalanan ke luar kota lagi. Mengikuti rapat yang diadakan oleh kantor. Rapat pertanggungjawaban atas proyek yang kami kerjakan selama semester dua ini. Bahan untuk presentasi belum aku kerjakan sama sekali. Bukan mengabaikan, tetapi mengerjakan laporan seperti ini membutuhkan waktu yang tepat, maksudnya “tenang”.

Tenang diluar sana. Karena didalam, sedang dalam usaha aku tenangkan. Tidak pernah terbayang olehku, mengalami hal seperti ini lagi.

Ketika usiaku belum genap enam tahun, aku mengikuti Ibu hijrah ke pulau Kalimantan. Saat itu, aku mengenal kata “kehilangan”. Aku kehilangan teman-teman sepermainan. Belum lama tinggal disana, aku dan Ibu kembali ke Yogyakarta. Melanjutkan sisa taman kanak-kanak hingga sekolah dasar.

Memasuki usia dua belas tahun, aku kembali hijrah ke pulau Kalimantan, Kalimantan Selatan. Ketika mendaftar di sekolah baruku, aku bisa membayangkan teman-temanku di Yogyakarta pasti juga sedang melakukan hal yang sama. Bedanya, mereka melakukan bersama-sama, tidak sendirian seperti aku. Ketika dulu masing-masing berebut untuk bercerita sekolah mana yang akan mereka masuki, aku hanya bisa mendengarkan. Mana aku tahu sekolah mana yang akan masuki di tempat yang baru nanti.

Ternyata belum cukup sampai disini. Di awal tahun ketigaku di sekolah menengah umum, sudah diputuskan bahwa aku harus melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Marah dan sedih berbaur menjadi satu. Aku bukan tipe anak manis, tetapi tidak senang membantah. Aku tidak pantas melakukan itu kepada orangtuaku.

02.46 wib
Masih ada beberapa menit lagi untuk bercerita. Tidak semuanya buruk. Pengalaman itu membuatku selalu tertarik dengan tempat-tempat baru. Kedua orangtuaku sepertinya juga paham ketika aku memutuskan untuk bekerja di Aceh beberapa tahun yang lalu. Mereka juga yang mengajariku merantau.

Pernah ketika itu gempa dengan kekuatan yang cukup besar dan durasi yang cukup lama, hampir dua menit, membuat seluruh penduduk kota Meulaboh berhamburan keluar rumah. Mencoba mencari tempat yang aman. Tempat tinggal kami tidak jauh dari pantai, kami masih bisa mendengarkan suara debur ombak. Aku dan teman-teman hanya pasrah saat itu. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada mobil. Tetapi tidak akan banyak membantu di jalanan yang macet penuh dengan manusia.
Aku adalah milik Allah. Kalaupun memang harus sekarang aku “pulang”, aku terima. Dan ternyata, saat itu, belum waktunya aku untuk “pulang”.

03.01 wib
Maaf, waktuku habis. Aku harus menyiapkan laporan untuk rapat hari ini.
*** 

11.23 wib
Ponselku berbunyi pelan.
New message.
Iya, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Aku paham akan hal itu. Memang dunia baru membawa berbagai macam konsekuensi. Entah itu suka, senang, sedih, takut, khawatir, dll. Aku percaya kamu akan bisa melewati masa transisi itu, karena di Jakarta nanti, kamu dekat ur hubby yang setiap saat bisa untuk sandaran. Kamu merasa takut, karena belum kamu jalani, baru hanya ada di sebatas pikiran, dugaan dan angan-angan. Semangat ya…

Takut memang pembunuh yang paling kejam.
Tuhanku Yang Maha Melapangkan,
Aku menghadap kepada Mu
sebagai jiwa yang berserah dan
memohon penguatan-Mu.
Aku merindukan kedamaian dan kesejateraan,
tapi aku dihalangi oleh rasa takutku sendiri.
Tuhan, maafkanlah aku.
Tenagailah aku untuk melakukan
justru hal-hal yang kutakuti.
Teroboskanlah aku,
karena sesungguhnya
keberhasilanku berada di balik
semua hal yang kutakuti.

Aamiin
Mario Teguh - Loving you all as always
 
Dan ketika perlahan tetapi pasti aku harus melepaskan beberapa hal dalam hidupku, aku berusaha keras untuk meyakinkan diriku bahwa melepas bukan berarti menyerah atau mengalah.
Tuhanku Yang Maha Penyayang,
Aku selalu merasa kurang,
tak pandai, paling tak beruntung,
dan terkadang batinku bertanya
mengapa Engkau tak adil kepadaku.
Aku sadar bahwa menyalahkan-Mu
itu salah, dan karenanya Tuhanku
maafkanlah aku.
Tuhan,
rahmatilah aku dengan kemandirian
yang cukup untuk diriku sendiri,
dan agar yang kulebihkan
adalah untuk kebahagiaan sesama.
Aamiin
Mario Teguh - Loving you all as always
***
 
16.11 wib
Sore di Yogyakarta. Langit sudah mendung. Beberapa hari kemarin cukup melelahkan. Jauh dari rumah, memandangi angka, mendengarkan, memutar otak, memandangi satu persatu peserta rapat, untuk yang terakhir kalinya.
 
16.15 wib
Aku sudah berada di dalam taksi. Pulang.
Mbak kerja di CD Bethesda?
Betul Pak.
Saya kira tidak ada orang Muslim yang bekerja disitu.
 
Lagi-lagi pertanyaan seperti ini. Pertanyaan atau pernyataan?
 
Tidak Pak, ada beberapa teman muslim yang bekerja disana.
Ini tadi pulang kerja?
Kami baru saja kembali dari luar kota Pak, ada rapat.
 
Rambut Bapak itu sudah memutih. Matanya redup.
 
Ini mau pulang kan?
Iya Pak.
Tidak ada yang menjemput?
Iya, kebetulan tidak ada Pak.
Suaminya?
Suami bekerja di Jakarta Pak.
 
Mungkin Bapak melihat cincin yang melingkar di jari manisku. Atau mungkin wajahku yang sudah nampak tua.
 
Jauh-jauhan ya…
Iya Pak.
Dulu Bapak juga jauh-jauhan setelah menikah. Demi pekerjaan.
 
Aku hanya diam. Bapak tua itu kembali berbicara tanpa aku minta.
 
Menyesal. Bapak tidak ada disampingnya ketika dia “pulang”. Bapak sangat menyesal…sangat...
 
Aku mengerti apa yang dimaksudkan Bapak itu. Pulang. Istri beliau pulang kepada-Nya. Selanjutnya Bapak itu diam. Sedangkan aku, hanya berkata lurus, mentok ke kiri, perempatan ke kanan, lurus, ke kiri hingga akhirnya berhenti.
 
Terimakasih Pak.
Sama-sama Nak. Nak siapa tadi namanya? Della?
Yuna Pak…
Yuna. Nak Yuna, pesan Bapak hanya satu, ikhlas.
Iya, Insya Allah Pak.

16.47 wib
Ikhlas. Ikhlas terhadap semua yang dituliskan oleh Tuhan dalam buku kehidupanku. Pertemuanku dengan sopir taksi sore ini, bukan suatu kebetulan. Sudah ada dalam skenario Tuhan.
Pipiku terasa hangat...

 
Tuhanku Yang Maha Melapangkan,
Ingin rasanya aku menyerah,
melepaskan ini semua dan
membiarkan diriku hilang
dalam ketidak-pedulian. 
Tapi aku tak mungkin ikhlas
membiarkan jiwa baikku ini rusak.
Sebetulnya aku hanya letih
dan sedikit merasa tak disayangi
Tapi aku tahu,
Engkau mencintaiku.
Tuhan,
lapangkahlah dadaku,
teduhkanlah wajahku,
dan tinggikanlah derajatku
Aamiin 
Mario Teguh - Loving you all as always
 


No comments:

Post a Comment