Aku baru menyadari kalau orang-orang dirumah ini sayang pada Bagong.
Bagong. Kucing jalanan yang aku temukan di pinggiran Ring Road. Awal bulan Oktober 2009. Saat itu sudah malam. Bagong kecil menyeberang jalan. Aku berhenti. Sejenak memandangi dia yang berusaha menghangatkan tubuh kecilnya. Hingga akhirnya aku memutuskan membawanya pulang.
Sampai di depan rumah, aku tidak langsung masuk. Masih harus berpikir. Bagaimana jika Ibu menolak Bagong kecil? Ibu tidak terlalu menyukai kucing.
Tidak perlu aku memberitahumu kawan, apakah Ibu menyukai Bagong kecil atau tidak. Karena sampai dengan saat ini, Bagong bersama keluarga kami.
Bagong kucing jalanan yang senang pilih-pilih makanan. Makanannya bukan ikan asin. Dia hanya akan menyentuh ikan tuna kaleng.
Bagong yang sangat membenci dokter hewan. Saat itu telinganya sakit. Mengeluarkan cairan kental yang tidak sedap baunya. Terpaksa kami memanggil dokter hewan dan imbasnya, Bagong harus menerima dua suntikan di pantatnya.
Bagong masuk ke kamar tidur saudara perempuanku dan tidur di kasurnya. Sebagai hukumannya, Ibu memotong habis kumis panjang Bagong.
Sabtu, 11 Desember 2010, usai shalat subuh, Ibu tidak menemukan Bagong di teras seperti biasanya. Rantai dan kalungnya tergeletak di lantai. Mustahil bagi Bagong melepaskan kalungnya. Butuh dua jari untuk menekan kaitnya hingga kalung itu terlepas. Sepertinya Bagong sudah sangat cerdas. Tapi sayangnya, kepalaku dan tiga kepala lainnya dirumah ini, berpikir bahwa Bagong diambil seseorang.
Ketika malam tiba, Bagong tidak juga muncul. Aku berdiri di teras. Memejamkan mata dan berbisik.
Bagong, pulanglah... Waktunya makan... Engkau pasti sudah sangat lapar...
Malam berikutnya, menjelang maghrib, Bagong belum juga pulang. Aku dan saudara perempuan kecilku berkumpul di kamar. Ibu bergabung bersama kami lalu menangis tersedu-sedu.
Bagong...piye nek ora dipakani. Nek maem we seneng milih-milih...
Tangis beliau tambah kencang ketika melihat foto terakhir Bagong. Adikku ikut menambah volume tangisnya. Abah yang duduk di dapur nampak bingung melihat istri dan anaknya menangis. Aku yang sebenarnya sudah sangat lelah menangis, akhirnya roboh juga pertahanannya. Pagi-pagi tadi aku sudah menangis mengadu pada Gembul. Yang dikatakan Abah mirip dengan yang dikatakan Gembul.
Nanti Bagong pasti pulang...
Abah memiliki pengalaman buruk dengan Bagong. Beliau harus membantu dokter hewan saat berusaha memberikan suntikan di pantatnya. Dan itu sangat tidak mudah. Karena Ibu sampai harus menelponku untuk pulang membantu si dokter.
Bagong kalap... Menggeram-geram. Cepat pulang!!!
Padahal saat itu baru jam tiga sore dan aku masih bekerja.
Bagong pulang!
Menjelang jam sepuluh malam. Ibu melihatnya di teras samping rumah. Kelaparan. Nasi, tuna kaleng, dan biskuit ikan. Memakai kalung lalu tertidur lelap di kereta tidurnya. Sampai dengan tadi pagi. Bagong masih bermalas-malasan di kereta tidurnya.
Bagong sangat lelah.
Bagong juga takut mimpi buruk lagi.
(^_^)
ReplyDeleteBaru tau kalo hukman buat salah masuk kamar itu = potong kumiss.....
wakakakakaka.....
Untungnya nggak salah masuk ke kamar ku si bagonf ini...
Kalo sampai salah masuk, sudah terbayang hukumannya kan Mon????
(^_^)
aku lebih baik membayangkan hukuman untukmu jika salah masuk kamar = potong jenggot ^^
ReplyDelete